Selasa, 19 Juli 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENINGITIS



OLEH : ELLINDA NUR ROCHMASARI (140901046)
KELAS 2B S1 KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS
Saya memilih kasus yang tidak asing lagi dimasyarakat awam. Penyakit yang bisa menyerang disegala usia dan bisa memnyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan segera. Penyakit yang biasa disebut dengan penyakit langka ini bernama Meningitis. Mengapa saya memilih kasus meningitis karena meningitis merupakan penyakit medis yang harus diberi penanganan segera dan diperlukan pencegahan agar tidak dapat mengkibatkan kematian. Dan saya mengambil meningitis juga terinspirasi kepada tetangga saya bernama Alm. Z. Dimana yang awalnya terlihat sehat bugar tidak terdapat tanda dan gejala tentang meningitis yang timbul. Tiba-tiba  pada awal bulan Juni terdengar kabar jika Alm. Z menderita meningitis. Awalnya hanya mengeluh sakit kepala biasa, kemudian oleh keluarga dibawa ke RSUD Jombang dan dilakukan pemeriksaan laboratorium, ct scan, dan darah. Setelah hasil keluar pasien dinyatakan positif menderita meningitis dan pasien dilakukan rawat inap.  Pada jangka beberapa hari terdengar kabar jika akhirnya Alm. Z meninggal dunia dikarenakan kondisi terakhir Alm. Z pada stadium akhir. Untuk angka kejadian meningitis pada orang dewasa kurang lebih 90% pertahun dan terbanyak dikarenakan akibat bakteri. Meskipun ada bebeberapa penyebab lain meningitis seperti virus, parasite, jamur, dan kondisi akibat kelainan proses inflamasi (Systemic Lupus Erythematosis). Sehingga dengan banyaknya penyebab meningitis dan mengakibatkan kematian membuat saya penasaran dan tertarik dengan pembahasan meningitis. Menurut saya meningitis merupakan peradangan pada membrane pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang secara kesatuan atau yang disebut meningen. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri, jamur, parasite dan virus tersebut dapat mengakibatkan kematian dikarenakan peradangan yang terjadi di otak dan bisa membuat kerusakan pada otak  dan sumsum tulang belakang sehingga merupakan kedaruratan medis. Gejala-gejala yang paling umum terjadi pada penderita meningitis ialah sakit kepala, kaku kuduk (tidak bisa menundukkan kepala dikarenakan adanya kekakuan otot-otot leher), tanda kernik (biasanya terjadi pada saat berbaring kemudian menekukkan paha disalah satu kaki dan kaki yang tidak terangkat tidak bisa lurus dengan sempurna), tanda brudzinki (ketika leher ditekuk maka lutut dan pinggul akan ikut menekuk dan jika satu kaki diangkat keatas salah satu kaki lainnya tidak bisa lurus dengan sempurna) dan gejala dapat disertai demam, kebingunan atau perubahan kesadaran, muntah, fotofobia (intoleransi terhadap cahayaterang) dan fonofobia (intoleransi terhadap suara keras). Setelah saya membaca referensi diinternet, jika penanganan pada meningitis akut tidak segera ditangani dengan tepat dan cepat atau dengan pemberian obat seperti antivirus atau antibiotic dan juga kortikosteroid untuk konsekuensi jangka panjang dapat berakibat ketulian, epilepsy, hidrosefalus, dan deficit kognitif. Terutama jika meningitis terjadi pada anak-anak. Ketika saya membaca refensi, banyak pakar tokoh yang menyebutkan berbagai definisi tentang meningitis. Seperti:
1.      Harson. (1996) ialah meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla spinalis, kuman-kuman atau bakteri dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali menyebar kebagian yang lain sehingga leptomening medulla spinalis dapat terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis merupakan suatu proses serebrospinalis.
2.      Smeltzer, (2001) ialah meningitis merupakan radang pada meninges (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur.
3.      Long. (1996) ialah meningitis merupakan infeksi akut dari meninges biasanya ditimbulkan oelh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).
Nah, dari hasil penjabaran diatas dapat dilihat bahwa meningitis merupakan kegawatan medis yang benar-benar berbahaya dan perlu penanganan yang sangat dibutuhkan segera. Sehingga saat ini saya ingin membuat asuhan keperawatan pada kasus meningitis yang tidak lazim lagi bagi masyarakat awam dan dapat membantu untuk meredakan tentang gejala yang akan timbul pada pasien meningitis.
Sebelum melakukan dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien meningitis kita harus tahu keperluan untuk melakukan asuhan keperawatan. Yang perlu dilakukan ialah kita harus membentuk proses keperawatan yang meliputi  pengkajian yang diikuti dengan anamnesa pada pasien meningitis, kemudian kita menentukan diagnose keperawatan yang sering muncul pada pasien meningitis, dan selanjutnya kita melakukan intervensi atau perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat, kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditulis atau dijabarkan kemudian melakukan evaluasi kepada pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Sebelumnya proses keperawatan itu ialah sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan dan pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah keperawatan (Nursalam. 2001:6).   Namun, dari berbagai proses keperawatan diatas saya hanya mengambil 3 proses keperawatan dari 5 proses keperawatan tersebut. 3 proses keperawatan yang saya ambil ialah pengkajian yang diikuti anamnesa, diagnose keperawatan, dan intervensi atau perencanaan keperawatan.  Langkah pertama melakukan pengkajian yang diikuti anamnesa kepada pasien. Dimana pengkajian dalam proses keperawatan terdapat berbagai cara seperti pengkajian head to toe, pengkajian per system, dan pengkajian 11 pola Gordon. Sebelum melakukan pengkajian terhadap pasien kita melakukan anamnesa yang meliputi nama pasien, alamat pasien, tempat tanggal lahir pasien, pekerjaan pasien, dan kita bisa menyakan riwayat kesehatan pasien itu sendiri. Disini saya memilih melakukan pengkajian pemeriksaan persistem. Saya mengambil 3 pemeriksaan persistem dari 9 jumlah pemeriksaan persistem yaitu persyarafan, pernafasan, dan eliminasi-urinari.
Yang pertama saya akan melakukan pengkajian pada pemeriksaan persistem pada persyarafan. Pertama kali yang kita lakukan sebelum melakukan pemeriksaan pada persyarafan kita menganamnesa dan melakukan pengkajian fisik kepada pasien. Kita menganamnesa pasien dengan menyakan kepada pasien keluhan apa yang dirasakan klien saat ini biasanya pasien akan mengeluh nyeri kepala hebat tidak seperti biasanya. Kemudian kita lakukan pemeriksaan mulai dari nervus 1 sampai 12. Proses peradangan meningen dapat menimbulkan peningkatan tekanan intracranial, sehingga akan mengkibatkan risiko perubahan perfusi jaringan serebral. Dimana yang akan terjadi kerusakan pada saraf pusat sebagaimana untuk pengontrolan kesadaran yang dapat menimbulkan penurunan kesadaran dan dapat terjadi karena adanya penekanan pada saraf pusat pernafasan dan dapat mengakibatkan pola nafas yang tidak efektif. Sedangkan pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus optikus yang dapat mengganggu fungsi visual, kerusakan nervus III, IV, dan VI yang dapat mengganggu pergerakan bola mata, sedangkan untuk kerusakan nervus VIII yang dapat menggunggu fungsi pendengaran akibat dari rasa nyeri yang timbul. Pada proses peradangan pada kepala akan menimbulkan respon nyeri yang akan merangsang korteks serebri dan dalam keadaan lanjut dapat menimbulkan iritasi meningen yang ditandai dengan adanya pemeriksaan kaku kuduk yang positif, tanda kernig yang positif, tanda burdzinki I dan II yang positif, serta tanda laseque juga positif. Jika seseorang tidak terdiagnosa medis meningitis maka pemeriksaan untuk tanda kaku kuduk, tanda kernig, tanda burdzinki, dan laseque akan menyatakan hasil negative.
Selanjutnya kita melakukan pengkajian yang kedua yaitu pada pemeriksaan persistem pernafasan. Pada pengkajian pernafasan kita melakukan anamnesa pasien dan melakukan pemeriksaa fisik pasien. Kita tanyakan keluhan utama yang rasakan oleh pasien saat ini. Biasanya pada pasien meningitis mengeluh sesak nafas dikarenakan meningens yang menyebabkan meningitis dapat mengalami kerusakan saraf pengatur pernafasan sehingga control system pernafasan tidak adekuat. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada pasien meningitis yang mengalami keluhan sesak nafas pada pasien terdapat adanya pernafasan cuping hidung dengan ciri hidung saat bernafas katub hidung menutup, didalam rongga hidung pasien biasanya terdapat secret, pada saat hidung pasien ditekan terdapat adanya nyeri tekan pada hidung, dilihat pada mulut pasien adanya kelembaban mukosa bibir, kemudian kita lihat area dada biasanya ditemukan pola pernafasan pasien tidak teratur, dan saat kita auskultasi atau kita dengarkan menggunakan stetoskop terdapat suara tambahan nging-nging-nging atau mengi. Akibat dari perubahan pola nafas yaitu cara pengambilan oksigen dari atmosfir dapat berkurang, yang berakhir dengan kondisi hipoksia dan ketidakefektifan pola nafas. Kerusakan vaskuler pada jaringan susunan saraf pusat akan menghambat proses transportasi oksigen sehingga otak kekurangan oksigen yang dapat berdampak terjadinya kematian sel-sel jaringan otak, distreksi pernafasan terjadi akibat penekanan pusat pernafasan di medulla oblongata oleh peningkatan tekanan intracranial. Sehingga dapat berisiko terjadi perubahan perfusi jaringan serebral  atau gangguan pada system saraf otak.
Selanjutnya melakukan pemeriksaan persistem ke-3 yaitu eliminasi-urinari. Pada pengkajian system eliminasi-urinari kita juga melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa kita perlu menanyakan seberapa sering pasien kita mengalami BAB dan BAK dan apakah keluhan lain yang dirasakan oleh pasien meningitis. Biasanya pada pasien meningitis terjadi retensi urine dan inkotinensia urine. Pada kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminurea karena adanya proses katabolisme terutama jika dalam kondisi kekurangan kalori protein. Setelah kita anamnesa kita lihat hasil BAB dan BAK dari pasien untuk normalnya BAB atau tinja yang keluar berwarna kuning kecoklatan, dan memanjang seperti sosis, permukaan rata. Dan untuk urin normalnya berwarna kuning pucat jernih dan tidak pekat. Dan saat melakukan pemeriksaan pada system eliminasi-urinari saat dilihat pada bagian alat kelamin tidak terdapat perubahan apapun dan pada saat di beri tekanaan pada kandung kemih tidak terdapat nyeri tekan.
Dari perubahan yang terjadi dari meningitis tersebut ditemukan banyak masalah keperawatan yang muncul atau diagnose keperawatan yang muncul. Untuk meningitis saya mengambil 2 diagnosa keperawatan yang menurut saya harus diatasi terlebih dahulu. Diagnose pertama yang saya ambil ialah risiko perubahan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial. Diagnose yang kedua saya mengambil nyeri yang berhubungan dengan adanya peradangan dikepala.
Dari diagnose diatas kita dapat merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien meningitis. Yang pertama saya akan merencakan tindakan pada diagnose risiko perubahan perfusi jaringan serebral mulai dari seberapa tekanan intracranial yang dirasakan, tekanan darah pasien, pasien mengalami penurunan kesadaran atau tidak. Kemudian kita merencanakan untuk melakukan tindakan kepada pasien seperti kita melakukan pemeriksaan pada tanda-tanda vital, memonitor atau memeriksa tekanan intracranial pasien.
Kedua kita melakukan perencanaan untuk tindakan untuk diagnose nyeri. Tindakan yang kita lakukan kaji nyeri mulai dari kapan timbul nyeri, letak nyeri, seberapa skala atau derajat nyeri. Kita bisa melihat ekspresi yang timbul dari pasien saat kita melakukan penekanan pada daerah yang nyeri. Untuk mengatasi nyeri kita bisa mengajarkan teknik relaksasi kepada pasien dan memberikan obat anti nyeri (analgesic). Relaksasi yang dapat kita berikan berupa meminta pasien untuk tarik nafas panjang jika serangan sakit terjadi. Kemudian kita juga bisa melakukan teknik distraksi atau teknik mengalihkan perhatian seperti mengalihkan rasa sakit pasien dengan mengajaknya berbicara, menonton TV dengan santai dan kita bisa menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan diatas adalah penyakit meningitis merupakan penyakit kedaruratan medis yang membutuhkan penanganan segera mungkin agar tidak berujung kematian. Dan meningitis merupakan peradangan pada membrane pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang secara kesatuan atau yang disebut meningen. Yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, parasite dan kondisi inflamasi.
REFERENSI
A Muttaqin . 2008. books.google.com

Rabu, 03 Juni 2015

LANGKAH-LANGKAH PENGOPERASIAN



TUGAS PUT 205
LANGKAH-LANGKAH PENGOPERASIAN”



Disusun Oleh :
ELLINDA NUR ROCHMASARI (140901046)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES PEMKAB JOMBANG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2014 / 2015

 
  
TUGAS PUT
LANGKAH-LANGKAH PENGOPERASIAN

1.      UJI T SATU KELOMPOK
One sample t test merupakan teknik analisis untuk membandingkan satu variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel.
Uji t sebagai teknik pengujian hipotesis deskriptif memiliki tiga criteria yaitu uji pihak kanan, kiri dan dua pihak.
a.       Uji Pihak Kiri : dikatakan sebagai uji pihak kiri karena t tabel ditempatkan di bagian kiri kurva.
b.      Uji Pihak Kanan : Dikatakan sebagai uji pihak kanan karena t tabel ditempatkan di bagian kanan kurva.
c.       Uji dua pihak : dikatakan sebagai uji dua pihak karena t tabel dibagi dua dan diletakkan di bagian kanan dan kiri.
Contoh Kasus :
Contoh Rumusan Masalah : Bagaimana tingkat keberhasilan belajar siswa?
Hipotesis kalimat :
a.       Tingkat keberhasilan belajar siswa paling tinggi 70% dari yang diharapkan (uji pihak kiri / 1-tailed).
b.      Tingkat keberhasilan belajar siswa paling rendah 70% dari yang diharapkan (uji pihak kanan / 1-tailed).
c.       Tingkat keberhasilan belajar siswa tidak sama dengan 70% dari yang diharapkan (uji 2 pihak / 2-tailed).
Pengujian Hipotesis : Rumusan masalah satu
Hipotesis kalimat :
a.       Ha : tingkat keberhasilan belajar siswa paling tinggi 70% dari yang diharapkan.
b.      Ho : tingkat keberhasilan belajar siswa paling rendah 70% dari yang diharapkan.
Hipotesis statistik :
a.       Ha : µ 0 < 70%
b.      Ho : µ 0 ≥ 70%
Parameter uji :
a.       Jika – t tabel ≤ t hitung maka Ho diterima, dan Ha di tolak.
b.      Jika – t tabel > t hitung maka Ho ditolak, dan Ha diterima
Penyelesaian Kasus 1 (uji t pihak kiri).
Data hasil ulangan matematika siswa sebanyak 37 siswa.
1.      Klik analyze – pilih compare means - lalu pilih one sample T test.
2.      Masukkan variabel nilai ke dalam test variable box, abaikan yang lain kemudian klik OK.
3.      Selanjutnya uji normalitas data : Klik analyze - pilih non parametrics test – pilih 1 sampel K-S.
4.      Masukkan variabel nilai ke dalam test variable list - kemudian klik OK.
Maka akan keluar hasil



Hasil uji di atas menunjukkan bahwa t hitung = 61.488. T tabel diperoleh dengan df = 36, sig 5% (1 tailed) = 1.684. Karena – t tabel < dari t hitung (-1.684 < 61.488), maka Ho diterima, artinya tingkat keberhasilan belajar siswa paling tinggi 70% tidak terbukti, bahkan lebih dari yang diduga yaitu sebesar 74.3489.
Hasil uji normalitas data menunjukkan nilai Kol-Smirnov sebesar 0.600 dan Asymp. Sig tidak signifikan yaitu sebesar 0.864 (> 0.05), sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

Pengujian Hipotesis : Rumusan masalah Dua
Hipotesis kalimat :
a.       Ha : tingkat keberhasilan belajar siswa paling rendah 70% dari yang diharapkan.
b.      Ho : tingkat keberhasilan belajar siswa paling tinggi 70% dari yang diharapkan.
Hipotesis statistik :
a.       Ha : µ 0 > 70%
b.      Ho : µ 0 < 70%
Parameter uji :
a.      Jika + t tabel > t hitung maka Ho diterima, dan Ha di tolak.
b.      Jika + t tabel < t hitung maka Ho ditolak, dan Ha diterima.
Penyelesaian Kasus 2 (uji t pihak kanan)
Data hasil ulangan matematika siswa sebanyak 37 siswa.
1.      Klik Analyze – pilih compare means - lalu pilih one sample T test.
2.      Masukkan variabel nilai ke dalam test variable box, abaikan yang lain kemudian klik OK.
3.      Selanjutnya uji normalitas data : Klik Analyze - pilih non parametrics test – pilih 1 sampel K-S.
4.      Masukkan variabel nilai ke dalam test variable list - kemudian Klik OK
Masih menggunakan hasil analisis di atas, maka diperoleh t hitung sebesar 61.488, dan t tabel = 1.684. Karena + t tabel < dari t hitung (1.684 < 61.488), maka Ho ditolak, dan Ha diterima. Artinya Ha yaitu tingkat keberhasilan siswa paling rendah 70% dari yang diharapkan diterima. Sedangkan Ho yang menyatakan bahwa keberhasilan belajar paling tinggi 70% ditolak.

2.      UJI T BERPASANGAN
Uji-t menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan apabila kita ingin membandingkan mean dan keragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analisis dua kelompok rancangan percobaan acak.
Uji t berpasangan (paired t-test) biasanya menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji t berpasangan biasa dilakukan pada subjek yang diuji pada situasi sebelum dan sesudah proses, atau subjek yang berpasangan ataupun serupa. Misalnya jika kita ingin menguji banyaknya gigitan nyamuk sebelum diberi lotion anti nyamuk merk tertentu maupun sesudahnya. Lanjutan dari uji t berpasangan adalah uji ANOVA berulang.
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai t dalam uji-t berpasangan adalah:


Uji-t berpasangan menggunakan derajat bebas n-1, dimana n adalah jumlah sampel.
Hipotesis pada uji-t berpasangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.       H0 : D = 0 (perbedaan antara dua pengamatan adalah 0).
b.      Ha : D ≠ 0 (perbedaan antara dua pengamatan tidak sama dengan 0).

Ilustrasi :
Jika kita ingin membandingkan nilai matematika siswa di sebuah sekolah sebelum dan sesudah mengikuti bimbingan belajar, data yang diberikan adalah sebagai berikut:

Dengan SPSS 17.0 langkahnya sangat mudah:
1.      Pertama input data sebagai berikut :

2.      Kemudian pilih Analyze – Compare Means – Paired Samples T test, seperti berikut :

3.      Setelah muncul kotak dialog Paired-T test, masukkan kedua variabel ke kotak Paired Variables, kemudian klik continueOK

4.      Akan ditunjukkan output sebagai berikut:

5.      Interpretasi
Nilai t-hitung yang dihasilkan adalah 4,015 pada derajat bebas 14 lebih besar daripada nilai t-tabel sebesar 1,761 (lihat tabel sebaran t). nilai sig.2-tailed lebih kecil daripada nilai kritik 0,05 (0,001 < 0,05) berarti kita dapat menolak H0 dimana perbedaan adalah tidak sama dengan nol, artinya tidak terdapat perkembangan signifikan dari hasil bimbingan belajar yang dilakukan terhadap bidang studi matematika di sekolah tersebut

3.      UJI T INDEPENDEN DAN DEPENDEN
Uji T Independen






Uji T Dependen
Uji-t untuk data berpasangan berarti setiap subjek diukur dua kali. Misalnya sebelum dan sesudah dilakukannya suatu intervensi atau pengukuran yang dilakukan terhadap pasangan orang kembar. Dalam contoh ini akan membandingkan data sebelum dengan sesudah intervensi.
Contoh Kasus :
Suatu studi ingin mengetahui pengaruh suatu metode diet, lalu diambil 28 ibu sebagai sampel untuk menjalani program diet tersebut. Pengukuran berat badan yang pertama (BBIBU_1) dilakukan sebelum kegiatan penyesuaian diet dilakukan, dan pengukuran berat badan yang kedua (BBIBU_2) dilakukan setelah dua bulan menjalani penyesuaian diet.
Buka SPSS, dan masukan datanya seperti ini :

Kita akan melakukan uji hipotesis untuk menilai apakah ada perbedaan berat badan ibu antara sebelum dengan sesudah mengikuti program diet, langkah-langkahnya sebagai berikut.

Dari menu utama, pilihlah:  Analyze-->Compare Mean-->Paired-Sample T-test…. 

Pilih variabel BBIBU_1 dan BBIBU_2 dengan cara mengklik masing-masing variable tersebut.
Kemudian klik tanda ‘segitiga’ untuk memasukkannya ke dalam kotak Paired-Variables.  Seperti nampak di bawah ini :

Selanjutnya klik OK untuk menjalankan prosedur. Pada layar Output tampak hasil seperti berikut:

Dari 28 subjek yang diamati terlihat bahwa rata-rata (mean) berat badan dari ibu sebelum intervensi (BBIBU_1) adalah 57.54, dan rata-rata berat badan sesudah intervensi (BBIBU_2) adalah 56,21. Uji ‘t’ yang dilakukan terlihat pada tabel berikut:

Dari hasil uji-t berpasangan tersebut terlihat bahwa rata-rata perbedaan antara BBIBU_1 dengan BBIBU_2 adalah sebesar 1.321. Artinya ada penurunan berat badan sesudah intervensi dengan rata-rata penurunan sebesar 1.32 kg.

Hasil perhitungan nilai “t” adalah sebesar 5,133 dengan p-value 0.000 dapat ditulis 0,001 (uji 2-arah). Hal ini berarti kita menolak Ho dan menyimpulkan bahwa  secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata berat badan sebelum dengan sudah intervensi.

4.      ANOVA
ANOVA merupakan lanjutan dari uji-t independen dimana kita memiliki dua kelompok percobaan atau lebih. ANOVA biasa digunakan untuk membandingkan mean dari dua kelompok sampel independen (bebas). Uji ANOVA ini juga biasa disebut sebagai One Way Analysis of Variance.
Asumsi yang digunakan adalah subjek diambil secara acak menjadi satu kelompok n. Distribusi mean berdasarkan kelompok normal dengan keragaman yang sama. Ukuran sampel antara masing-masing kelompok sampel tidak harus sama, tetapi perbedaan ukuran kelompok sampel yang besar dapat mempengaruhi hasil uji perbandingan keragaman.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0: µ1 = µ2 … = µk (mean dari semua kelompok sama)
Ha: µi <> µj (terdapat mean dari dua atau lebih kelompok tidak sama)
Statistik uji-F yang digunakan dalam One Way ANOVA dihitung dengan rumus (k-1), uji F dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung (hasil output) dengan nilai Ftabel. Sedangkan derajat bebas yang digunakan dihitung dengan rumus (n-k), dimana k adalah jumlah kelompok sampel, dan n adalah jumlah sampel. p-value rendah untuk uji ini mengindikasikan penolakan terhadap hipotesis nol, dengan kata lain terdapat bukti bahwa setidaknya satu pasangan mean tidak sama.
Sebaran perbandingan grafis memungkinkan kita melihat distribusi kelompok. Terdapat beberapa pilihan tersedia pada grafik perbandingan yang memungkinkan kita menjelaskan kelompok. Termasuk box plot, mean, median, dan error bar.
Contoh Kasus.
Evaluasi pada metode pengajaran oleh pengawas untuk anak-anak sekolah Paket C adalah sebagai berikut:
Metode 1
Metode 2
Metode 3
Metode 4
10
11
13
18
9
16
8
23
5
9
9
25
Sebelum diinput ke dalam SPSS susunan data harus dirubah dahulu seperti tabel berikut:
Metode
Waktu
1
10
1
9
1
5
2
11
2
16
2
9
3
13
3
8
3
9
4
18
4
23
4
25
Data ini kemudian dapat dimasukkan ke dalam worksheet SPSS agar dapat dilakukan analisis.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4 = µ5 (mean dari masing-masing kelompok metode adalah sama)
H1: µ1 <> µ2 <> µ3 <> µ4 <> µ5 (terdapat mean dari dua atau lebih kelompok metode tidak sama)
Langkah-langkah pengujian One Way ANOVA dengan software SPSS adalah sebagai berikut:
1. Input data ke dalam worksheet SPSS, tampilannya akan seperti berikut ini:
Data view:

 






Variabel view:

 



2. Kemudian jalankan analisis dengan memilih ANALYZE – COMPARE MEANS – ONE WAY ANOVA, seperti berikut ini:



3. Setelah muncul kotak dialog, maka pindahkan metode ke DEPENDEN LIST, dan waktu ke FACTOR.



4. Setelah variabel dependen dimasukkan pilih OPTION, kemudian checklist Descriptive dan Homogeneity-of-Variance box, seperti gambar berikut kemudian klik continue.



5. Setelah itu pilih post Hoc Test, pilih Tukey, lalu continue – OK.

6. Setelah itu maka akan muncul output berupa:

7. Output Post Hoc Test akan berupa MULTIPLE COMPARRISON

8. Interpretasi:
Hasil uji Homogeneity-of-Variance box menunjukkan nilai sig. (p-value) sebesar 0,848, ini mengindikasikan bahwa kita gagal menolak H0, berarti tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa mean dari dua atau lebih kelompok metode tidak sama.
Hasil uji one way ANOVA yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa uji-F signifikan pada kelompok uji, ini ditunjukkan oleh nilai Fhitung sebesar 11,6 yang lebih besar daripada F(3,9) sebesar 3,86 (Fhitung > Ftabel), diperkuat dengan nilai p = 0.003 lebih kecil daripada nilai kritik α=0,05.
Tukey post hoc test untuk multiple comparisons mengindikasikan bahwa hanya kelompok 4 yang memiliki nilai sig. (F statistik) yang signifikan secara statistik. Hasil ini mengindikasikan bahwa perbedaan rata-rata antara metode waktu belajar 1, 2 dan 3 secara statistik tidak signifikan dan meannya secara signifikan berbeda daripada mean metode 4 yang signifikan secara statistik.

5.      KORELASI DAN REGRESI
Sebelum membuat analisa, laptop / komputer harus diinstal SPSS terlebih dahulu. SPSS yang saya gunakan adalah IBM SPSS Statistics 20 [Portable]. Setelah diinstal, lakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Input data ke SPSS.
Ada 2 view dalam SPSS, yaitu Data View dan Variable View. Data di input ke Data View. 

Sementara Variable View digunakan untuk memberi nama variabel.

2.      Langkah selanjutnya yaitu Uji Normalitas. Untuk melakukannya, pilih menu Analyze, kemudian pilih Descriptive Statistics, lalu Explore.

Setelah muncul kotak dialog, pindahkan variabel Nilai Impor dan Pendapatan Nasional ke kotak Dependent List. Kemudiakn klik Plots. Lalu aktifkan box Normality plots with tests, klik Continue lalu OK.


Ini hasil Uji Normalitas
3.      Tahap selanjutnya adalah tahap analisis. Pilih menu Analyze, lalu Correlate dan klik Bivariate.

Setelah muncul kotak dialog, pindahkan variabel Nilai Impor dan Pendapatan Nasional ke kotak Variables. Aktifkan box Pearson dan klik OK.


Ini hasil analisis Korelasi Pearson
4.      Untuk melakukan analisis Korelasi Spearman, caranya sama seperti melakukan analisis Korelasi Pearson. Hanya saja, box yang diaktifkan saat kotak dialog muncul adalah box Spearman. Kemudian klik OK.


Ini hasil analisis Korelasi Spearman
5.      Untuk melakukan analisis Korelasi Partial. Pilih menu Analyze, lalu Correlate dan klik Partial. 

Setelah muncul kotak dialog, pindahkan variabel Nilai Impor dan Pendapatan Nasional ke kotak Variables, dan variabel Tahun ke kotak Controlling for. Klik OK.


Ini hasil analisis Korelasi Partial
6.      Selanjutnya yaitu analisis Korelasi Ganda. Karena tidak ada menu khusus korelasi ganda di SPSS, maka menggunakan regresi. Pilih menu Analyze, lalu Regression dan klik Linear. 

Setelah muncul kotak dialog, pindahkan variabel Nilai Impor ke kotak Dependent dan variabel Pendapatan Nasional ke kotak Independent(s). Lalu klik OK.


Ini hasil analisis Korelasi Ganda
7.      Tahap selanjutnya yaitu analisis regresi. Untuk melakukan analisis Regresi Sederhana, pilih menu Analyze, lalu Regression dan klik Linear. 

Setelah muncul kotak dialog, pindahkan variabel Nilai Impor ke kotak Dependent dan variabel Pendapatan Nasional ke kotak Independent(s). Klik OK.


Ini hasil analisis Regresi Sederhana
8.      Untuk melakukan analisis Regresi Ganda. Pilih menu Analyze, lalu Regression dan klik Linear. Setelah muncul kotak dialog, pindahkan variabel Tahun ke kotak Dependent, sedangkan variabel Nilai Impor dan Pendapatan Nasional ke kotak Independent(s). Klik Statistics. Aktifkan box Collinearity diagnostics dan klik Continue. Klik OK.


Ini hasil analisis Regresi Ganda