OLEH
: ELLINDA NUR ROCHMASARI (140901046)
KELAS
2B S1 KEPERAWATAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA MENINGITIS
Saya
memilih kasus yang tidak asing lagi dimasyarakat awam. Penyakit yang bisa
menyerang disegala usia dan bisa memnyebabkan kematian jika tidak ditangani
dengan segera. Penyakit yang biasa disebut dengan penyakit langka ini bernama Meningitis. Mengapa saya memilih kasus
meningitis karena meningitis merupakan penyakit medis yang harus diberi
penanganan segera dan diperlukan pencegahan agar tidak dapat mengkibatkan
kematian. Dan saya mengambil meningitis juga terinspirasi kepada tetangga saya
bernama Alm. Z. Dimana yang awalnya terlihat sehat bugar tidak terdapat tanda
dan gejala tentang meningitis yang timbul. Tiba-tiba pada awal bulan Juni terdengar kabar jika Alm.
Z menderita meningitis. Awalnya hanya mengeluh sakit kepala biasa, kemudian
oleh keluarga dibawa ke RSUD Jombang dan dilakukan pemeriksaan laboratorium, ct
scan, dan darah. Setelah hasil keluar pasien dinyatakan positif menderita
meningitis dan pasien dilakukan rawat inap.
Pada jangka beberapa hari terdengar kabar jika akhirnya Alm. Z meninggal
dunia dikarenakan kondisi terakhir Alm. Z pada stadium akhir. Untuk angka
kejadian meningitis pada orang dewasa kurang lebih 90% pertahun dan terbanyak dikarenakan
akibat bakteri. Meskipun ada bebeberapa penyebab lain meningitis seperti virus,
parasite, jamur, dan kondisi akibat kelainan proses inflamasi (Systemic Lupus Erythematosis). Sehingga
dengan banyaknya penyebab meningitis dan mengakibatkan kematian membuat saya
penasaran dan tertarik dengan pembahasan meningitis. Menurut saya meningitis
merupakan peradangan pada membrane pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum
tulang belakang secara kesatuan atau yang disebut meningen. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri, jamur, parasite dan virus tersebut dapat mengakibatkan
kematian dikarenakan peradangan yang terjadi di otak dan bisa membuat kerusakan
pada otak dan sumsum tulang belakang
sehingga merupakan kedaruratan medis. Gejala-gejala yang paling umum terjadi
pada penderita meningitis ialah sakit kepala, kaku kuduk (tidak bisa
menundukkan kepala dikarenakan adanya kekakuan otot-otot leher), tanda kernik
(biasanya terjadi pada saat berbaring kemudian menekukkan paha disalah satu
kaki dan kaki yang tidak terangkat tidak bisa lurus dengan sempurna), tanda
brudzinki (ketika leher ditekuk maka lutut dan pinggul akan ikut menekuk dan
jika satu kaki diangkat keatas salah satu kaki lainnya tidak bisa lurus dengan
sempurna) dan gejala dapat disertai demam, kebingunan atau perubahan kesadaran,
muntah, fotofobia (intoleransi terhadap cahayaterang) dan fonofobia
(intoleransi terhadap suara keras). Setelah saya membaca referensi diinternet,
jika penanganan pada meningitis akut tidak segera ditangani dengan tepat dan
cepat atau dengan pemberian obat seperti antivirus atau antibiotic dan juga
kortikosteroid untuk konsekuensi jangka panjang dapat berakibat ketulian,
epilepsy, hidrosefalus, dan deficit kognitif. Terutama jika meningitis terjadi
pada anak-anak. Ketika saya membaca refensi, banyak pakar tokoh yang
menyebutkan berbagai definisi tentang meningitis. Seperti:
1. Harson. (1996)
ialah meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan
serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid, ruang subaraknoid,
jaringan superficial otak dan medulla spinalis, kuman-kuman atau bakteri dapat
masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali menyebar
kebagian yang lain sehingga leptomening medulla spinalis dapat terkena. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa meningitis merupakan suatu proses
serebrospinalis.
2. Smeltzer, (2001) ialah
meningitis merupakan radang pada meninges (membrane yang mengelilingi otak dan
medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur.
3. Long. (1996)
ialah meningitis merupakan infeksi akut dari meninges biasanya ditimbulkan oelh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok,
hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).
Nah, dari hasil penjabaran diatas dapat
dilihat bahwa meningitis merupakan kegawatan medis yang benar-benar berbahaya
dan perlu penanganan yang sangat dibutuhkan segera. Sehingga saat ini saya
ingin membuat asuhan keperawatan pada kasus meningitis yang tidak lazim lagi
bagi masyarakat awam dan dapat membantu untuk meredakan tentang gejala yang
akan timbul pada pasien meningitis.
Sebelum melakukan dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien meningitis kita harus tahu keperluan untuk melakukan
asuhan keperawatan. Yang perlu dilakukan ialah kita harus membentuk proses
keperawatan yang meliputi pengkajian
yang diikuti dengan anamnesa pada pasien meningitis, kemudian kita menentukan
diagnose keperawatan yang sering muncul pada pasien meningitis, dan selanjutnya
kita melakukan intervensi atau perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
perawat, kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang
sudah ditulis atau dijabarkan kemudian melakukan evaluasi kepada pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan. Sebelumnya proses keperawatan itu ialah sebagai
salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan dan pada
dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
keperawatan (Nursalam. 2001:6). Namun, dari
berbagai proses keperawatan diatas saya hanya mengambil 3 proses keperawatan
dari 5 proses keperawatan tersebut. 3 proses keperawatan yang saya ambil ialah
pengkajian yang diikuti anamnesa, diagnose keperawatan, dan intervensi atau
perencanaan keperawatan. Langkah pertama
melakukan pengkajian yang diikuti anamnesa kepada pasien. Dimana pengkajian
dalam proses keperawatan terdapat berbagai cara seperti pengkajian head to toe,
pengkajian per system, dan pengkajian 11 pola Gordon. Sebelum melakukan
pengkajian terhadap pasien kita melakukan anamnesa yang meliputi nama pasien,
alamat pasien, tempat tanggal lahir pasien, pekerjaan pasien, dan kita bisa
menyakan riwayat kesehatan pasien itu sendiri. Disini saya memilih melakukan
pengkajian pemeriksaan persistem. Saya mengambil 3 pemeriksaan persistem dari 9
jumlah pemeriksaan persistem yaitu persyarafan, pernafasan, dan eliminasi-urinari.
Yang pertama saya akan melakukan
pengkajian pada pemeriksaan persistem pada persyarafan. Pertama kali yang kita
lakukan sebelum melakukan pemeriksaan pada persyarafan kita menganamnesa dan melakukan
pengkajian fisik kepada pasien. Kita menganamnesa pasien dengan menyakan kepada
pasien keluhan apa yang dirasakan klien saat ini biasanya pasien akan mengeluh
nyeri kepala hebat tidak seperti biasanya. Kemudian kita lakukan pemeriksaan
mulai dari nervus 1 sampai 12. Proses peradangan meningen dapat menimbulkan
peningkatan tekanan intracranial, sehingga akan mengkibatkan risiko perubahan
perfusi jaringan serebral. Dimana yang akan terjadi kerusakan pada saraf pusat
sebagaimana untuk pengontrolan kesadaran yang dapat menimbulkan penurunan
kesadaran dan dapat terjadi karena adanya penekanan pada saraf pusat pernafasan
dan dapat mengakibatkan pola nafas yang tidak efektif. Sedangkan pada saraf
kranial yaitu nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus
optikus yang dapat mengganggu fungsi visual, kerusakan nervus III, IV, dan VI
yang dapat mengganggu pergerakan bola mata, sedangkan untuk kerusakan nervus
VIII yang dapat menggunggu fungsi pendengaran akibat dari rasa nyeri yang
timbul. Pada proses peradangan pada kepala akan menimbulkan respon nyeri yang
akan merangsang korteks serebri dan dalam keadaan lanjut dapat menimbulkan
iritasi meningen yang ditandai dengan adanya pemeriksaan kaku kuduk yang
positif, tanda kernig yang positif, tanda burdzinki I dan II yang positif,
serta tanda laseque juga positif. Jika seseorang tidak terdiagnosa medis
meningitis maka pemeriksaan untuk tanda kaku kuduk, tanda kernig, tanda
burdzinki, dan laseque akan menyatakan hasil negative.
Selanjutnya kita melakukan pengkajian
yang kedua yaitu pada pemeriksaan persistem pernafasan. Pada pengkajian
pernafasan kita melakukan anamnesa pasien dan melakukan pemeriksaa fisik
pasien. Kita tanyakan keluhan utama yang rasakan oleh pasien saat ini. Biasanya
pada pasien meningitis mengeluh sesak nafas dikarenakan meningens yang
menyebabkan meningitis dapat mengalami kerusakan saraf pengatur pernafasan
sehingga control system pernafasan tidak adekuat. Pada saat melakukan
pemeriksaan fisik pada pasien meningitis yang mengalami keluhan sesak nafas
pada pasien terdapat adanya pernafasan cuping hidung dengan ciri hidung saat
bernafas katub hidung menutup, didalam rongga hidung pasien biasanya terdapat
secret, pada saat hidung pasien ditekan terdapat adanya nyeri tekan pada
hidung, dilihat pada mulut pasien adanya kelembaban mukosa bibir, kemudian kita
lihat area dada biasanya ditemukan pola pernafasan pasien tidak teratur, dan
saat kita auskultasi atau kita dengarkan menggunakan stetoskop terdapat suara
tambahan nging-nging-nging atau mengi. Akibat dari perubahan pola nafas yaitu
cara pengambilan oksigen dari atmosfir dapat berkurang, yang berakhir dengan
kondisi hipoksia dan ketidakefektifan pola nafas. Kerusakan vaskuler pada
jaringan susunan saraf pusat akan menghambat proses transportasi oksigen
sehingga otak kekurangan oksigen yang dapat berdampak terjadinya kematian
sel-sel jaringan otak, distreksi pernafasan terjadi akibat penekanan pusat pernafasan
di medulla oblongata oleh peningkatan tekanan intracranial. Sehingga dapat
berisiko terjadi perubahan perfusi jaringan serebral atau gangguan pada system saraf otak.
Selanjutnya melakukan pemeriksaan
persistem ke-3 yaitu eliminasi-urinari. Pada pengkajian system
eliminasi-urinari kita juga melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada
anamnesa kita perlu menanyakan seberapa sering pasien kita mengalami BAB dan
BAK dan apakah keluhan lain yang dirasakan oleh pasien meningitis. Biasanya
pada pasien meningitis terjadi retensi urine dan inkotinensia urine. Pada
kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminurea karena adanya proses katabolisme
terutama jika dalam kondisi kekurangan kalori protein. Setelah kita anamnesa
kita lihat hasil BAB dan BAK dari pasien untuk normalnya BAB atau tinja yang
keluar berwarna kuning kecoklatan, dan memanjang seperti sosis, permukaan rata.
Dan untuk urin normalnya berwarna kuning pucat jernih dan tidak pekat. Dan saat
melakukan pemeriksaan pada system eliminasi-urinari saat dilihat pada bagian
alat kelamin tidak terdapat perubahan apapun dan pada saat di beri tekanaan
pada kandung kemih tidak terdapat nyeri tekan.
Dari perubahan yang terjadi dari
meningitis tersebut ditemukan banyak masalah keperawatan yang muncul atau
diagnose keperawatan yang muncul. Untuk meningitis saya mengambil 2 diagnosa
keperawatan yang menurut saya harus diatasi terlebih dahulu. Diagnose pertama
yang saya ambil ialah risiko perubahan perfusi jaringan serebral yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial. Diagnose yang kedua saya
mengambil nyeri yang berhubungan dengan adanya peradangan dikepala.
Dari diagnose diatas kita dapat
merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien meningitis.
Yang pertama saya akan merencakan tindakan pada diagnose risiko perubahan
perfusi jaringan serebral mulai dari seberapa tekanan intracranial yang
dirasakan, tekanan darah pasien, pasien mengalami penurunan kesadaran atau
tidak. Kemudian kita merencanakan untuk melakukan tindakan kepada pasien
seperti kita melakukan pemeriksaan pada tanda-tanda vital, memonitor atau
memeriksa tekanan intracranial pasien.
Kedua kita melakukan perencanaan untuk
tindakan untuk diagnose nyeri. Tindakan yang kita lakukan kaji nyeri mulai dari
kapan timbul nyeri, letak nyeri, seberapa skala atau derajat nyeri. Kita bisa
melihat ekspresi yang timbul dari pasien saat kita melakukan penekanan pada
daerah yang nyeri. Untuk mengatasi nyeri kita bisa mengajarkan teknik relaksasi
kepada pasien dan memberikan obat anti nyeri (analgesic). Relaksasi yang dapat
kita berikan berupa meminta pasien untuk tarik nafas panjang jika serangan
sakit terjadi. Kemudian kita juga bisa melakukan teknik distraksi atau teknik
mengalihkan perhatian seperti mengalihkan rasa sakit pasien dengan mengajaknya
berbicara, menonton TV dengan santai dan kita bisa menciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
Dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan
diatas adalah penyakit meningitis merupakan penyakit kedaruratan medis yang
membutuhkan penanganan segera mungkin agar tidak berujung kematian. Dan
meningitis merupakan peradangan pada membrane pelindung yang menyelubungi otak
dan sumsum tulang belakang secara kesatuan atau yang disebut meningen. Yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, parasite dan kondisi inflamasi.
REFERENSI
A
Muttaqin . 2008. books.google.com
According to Stanford Medical, It's in fact the SINGLE reason women in this country live 10 years more and weigh on average 42 pounds less than we do.
BalasHapus(And realistically, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some hard exercise and really, EVERYTHING around "HOW" they eat.)
P.S, I said "HOW", not "what"...
Tap on this link to find out if this brief quiz can help you release your real weight loss possibilities