Selasa, 19 Juli 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENINGITIS



OLEH : ELLINDA NUR ROCHMASARI (140901046)
KELAS 2B S1 KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS
Saya memilih kasus yang tidak asing lagi dimasyarakat awam. Penyakit yang bisa menyerang disegala usia dan bisa memnyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan segera. Penyakit yang biasa disebut dengan penyakit langka ini bernama Meningitis. Mengapa saya memilih kasus meningitis karena meningitis merupakan penyakit medis yang harus diberi penanganan segera dan diperlukan pencegahan agar tidak dapat mengkibatkan kematian. Dan saya mengambil meningitis juga terinspirasi kepada tetangga saya bernama Alm. Z. Dimana yang awalnya terlihat sehat bugar tidak terdapat tanda dan gejala tentang meningitis yang timbul. Tiba-tiba  pada awal bulan Juni terdengar kabar jika Alm. Z menderita meningitis. Awalnya hanya mengeluh sakit kepala biasa, kemudian oleh keluarga dibawa ke RSUD Jombang dan dilakukan pemeriksaan laboratorium, ct scan, dan darah. Setelah hasil keluar pasien dinyatakan positif menderita meningitis dan pasien dilakukan rawat inap.  Pada jangka beberapa hari terdengar kabar jika akhirnya Alm. Z meninggal dunia dikarenakan kondisi terakhir Alm. Z pada stadium akhir. Untuk angka kejadian meningitis pada orang dewasa kurang lebih 90% pertahun dan terbanyak dikarenakan akibat bakteri. Meskipun ada bebeberapa penyebab lain meningitis seperti virus, parasite, jamur, dan kondisi akibat kelainan proses inflamasi (Systemic Lupus Erythematosis). Sehingga dengan banyaknya penyebab meningitis dan mengakibatkan kematian membuat saya penasaran dan tertarik dengan pembahasan meningitis. Menurut saya meningitis merupakan peradangan pada membrane pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang secara kesatuan atau yang disebut meningen. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri, jamur, parasite dan virus tersebut dapat mengakibatkan kematian dikarenakan peradangan yang terjadi di otak dan bisa membuat kerusakan pada otak  dan sumsum tulang belakang sehingga merupakan kedaruratan medis. Gejala-gejala yang paling umum terjadi pada penderita meningitis ialah sakit kepala, kaku kuduk (tidak bisa menundukkan kepala dikarenakan adanya kekakuan otot-otot leher), tanda kernik (biasanya terjadi pada saat berbaring kemudian menekukkan paha disalah satu kaki dan kaki yang tidak terangkat tidak bisa lurus dengan sempurna), tanda brudzinki (ketika leher ditekuk maka lutut dan pinggul akan ikut menekuk dan jika satu kaki diangkat keatas salah satu kaki lainnya tidak bisa lurus dengan sempurna) dan gejala dapat disertai demam, kebingunan atau perubahan kesadaran, muntah, fotofobia (intoleransi terhadap cahayaterang) dan fonofobia (intoleransi terhadap suara keras). Setelah saya membaca referensi diinternet, jika penanganan pada meningitis akut tidak segera ditangani dengan tepat dan cepat atau dengan pemberian obat seperti antivirus atau antibiotic dan juga kortikosteroid untuk konsekuensi jangka panjang dapat berakibat ketulian, epilepsy, hidrosefalus, dan deficit kognitif. Terutama jika meningitis terjadi pada anak-anak. Ketika saya membaca refensi, banyak pakar tokoh yang menyebutkan berbagai definisi tentang meningitis. Seperti:
1.      Harson. (1996) ialah meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla spinalis, kuman-kuman atau bakteri dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali menyebar kebagian yang lain sehingga leptomening medulla spinalis dapat terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis merupakan suatu proses serebrospinalis.
2.      Smeltzer, (2001) ialah meningitis merupakan radang pada meninges (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur.
3.      Long. (1996) ialah meningitis merupakan infeksi akut dari meninges biasanya ditimbulkan oelh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).
Nah, dari hasil penjabaran diatas dapat dilihat bahwa meningitis merupakan kegawatan medis yang benar-benar berbahaya dan perlu penanganan yang sangat dibutuhkan segera. Sehingga saat ini saya ingin membuat asuhan keperawatan pada kasus meningitis yang tidak lazim lagi bagi masyarakat awam dan dapat membantu untuk meredakan tentang gejala yang akan timbul pada pasien meningitis.
Sebelum melakukan dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien meningitis kita harus tahu keperluan untuk melakukan asuhan keperawatan. Yang perlu dilakukan ialah kita harus membentuk proses keperawatan yang meliputi  pengkajian yang diikuti dengan anamnesa pada pasien meningitis, kemudian kita menentukan diagnose keperawatan yang sering muncul pada pasien meningitis, dan selanjutnya kita melakukan intervensi atau perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat, kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditulis atau dijabarkan kemudian melakukan evaluasi kepada pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Sebelumnya proses keperawatan itu ialah sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan dan pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah keperawatan (Nursalam. 2001:6).   Namun, dari berbagai proses keperawatan diatas saya hanya mengambil 3 proses keperawatan dari 5 proses keperawatan tersebut. 3 proses keperawatan yang saya ambil ialah pengkajian yang diikuti anamnesa, diagnose keperawatan, dan intervensi atau perencanaan keperawatan.  Langkah pertama melakukan pengkajian yang diikuti anamnesa kepada pasien. Dimana pengkajian dalam proses keperawatan terdapat berbagai cara seperti pengkajian head to toe, pengkajian per system, dan pengkajian 11 pola Gordon. Sebelum melakukan pengkajian terhadap pasien kita melakukan anamnesa yang meliputi nama pasien, alamat pasien, tempat tanggal lahir pasien, pekerjaan pasien, dan kita bisa menyakan riwayat kesehatan pasien itu sendiri. Disini saya memilih melakukan pengkajian pemeriksaan persistem. Saya mengambil 3 pemeriksaan persistem dari 9 jumlah pemeriksaan persistem yaitu persyarafan, pernafasan, dan eliminasi-urinari.
Yang pertama saya akan melakukan pengkajian pada pemeriksaan persistem pada persyarafan. Pertama kali yang kita lakukan sebelum melakukan pemeriksaan pada persyarafan kita menganamnesa dan melakukan pengkajian fisik kepada pasien. Kita menganamnesa pasien dengan menyakan kepada pasien keluhan apa yang dirasakan klien saat ini biasanya pasien akan mengeluh nyeri kepala hebat tidak seperti biasanya. Kemudian kita lakukan pemeriksaan mulai dari nervus 1 sampai 12. Proses peradangan meningen dapat menimbulkan peningkatan tekanan intracranial, sehingga akan mengkibatkan risiko perubahan perfusi jaringan serebral. Dimana yang akan terjadi kerusakan pada saraf pusat sebagaimana untuk pengontrolan kesadaran yang dapat menimbulkan penurunan kesadaran dan dapat terjadi karena adanya penekanan pada saraf pusat pernafasan dan dapat mengakibatkan pola nafas yang tidak efektif. Sedangkan pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus optikus yang dapat mengganggu fungsi visual, kerusakan nervus III, IV, dan VI yang dapat mengganggu pergerakan bola mata, sedangkan untuk kerusakan nervus VIII yang dapat menggunggu fungsi pendengaran akibat dari rasa nyeri yang timbul. Pada proses peradangan pada kepala akan menimbulkan respon nyeri yang akan merangsang korteks serebri dan dalam keadaan lanjut dapat menimbulkan iritasi meningen yang ditandai dengan adanya pemeriksaan kaku kuduk yang positif, tanda kernig yang positif, tanda burdzinki I dan II yang positif, serta tanda laseque juga positif. Jika seseorang tidak terdiagnosa medis meningitis maka pemeriksaan untuk tanda kaku kuduk, tanda kernig, tanda burdzinki, dan laseque akan menyatakan hasil negative.
Selanjutnya kita melakukan pengkajian yang kedua yaitu pada pemeriksaan persistem pernafasan. Pada pengkajian pernafasan kita melakukan anamnesa pasien dan melakukan pemeriksaa fisik pasien. Kita tanyakan keluhan utama yang rasakan oleh pasien saat ini. Biasanya pada pasien meningitis mengeluh sesak nafas dikarenakan meningens yang menyebabkan meningitis dapat mengalami kerusakan saraf pengatur pernafasan sehingga control system pernafasan tidak adekuat. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada pasien meningitis yang mengalami keluhan sesak nafas pada pasien terdapat adanya pernafasan cuping hidung dengan ciri hidung saat bernafas katub hidung menutup, didalam rongga hidung pasien biasanya terdapat secret, pada saat hidung pasien ditekan terdapat adanya nyeri tekan pada hidung, dilihat pada mulut pasien adanya kelembaban mukosa bibir, kemudian kita lihat area dada biasanya ditemukan pola pernafasan pasien tidak teratur, dan saat kita auskultasi atau kita dengarkan menggunakan stetoskop terdapat suara tambahan nging-nging-nging atau mengi. Akibat dari perubahan pola nafas yaitu cara pengambilan oksigen dari atmosfir dapat berkurang, yang berakhir dengan kondisi hipoksia dan ketidakefektifan pola nafas. Kerusakan vaskuler pada jaringan susunan saraf pusat akan menghambat proses transportasi oksigen sehingga otak kekurangan oksigen yang dapat berdampak terjadinya kematian sel-sel jaringan otak, distreksi pernafasan terjadi akibat penekanan pusat pernafasan di medulla oblongata oleh peningkatan tekanan intracranial. Sehingga dapat berisiko terjadi perubahan perfusi jaringan serebral  atau gangguan pada system saraf otak.
Selanjutnya melakukan pemeriksaan persistem ke-3 yaitu eliminasi-urinari. Pada pengkajian system eliminasi-urinari kita juga melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa kita perlu menanyakan seberapa sering pasien kita mengalami BAB dan BAK dan apakah keluhan lain yang dirasakan oleh pasien meningitis. Biasanya pada pasien meningitis terjadi retensi urine dan inkotinensia urine. Pada kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminurea karena adanya proses katabolisme terutama jika dalam kondisi kekurangan kalori protein. Setelah kita anamnesa kita lihat hasil BAB dan BAK dari pasien untuk normalnya BAB atau tinja yang keluar berwarna kuning kecoklatan, dan memanjang seperti sosis, permukaan rata. Dan untuk urin normalnya berwarna kuning pucat jernih dan tidak pekat. Dan saat melakukan pemeriksaan pada system eliminasi-urinari saat dilihat pada bagian alat kelamin tidak terdapat perubahan apapun dan pada saat di beri tekanaan pada kandung kemih tidak terdapat nyeri tekan.
Dari perubahan yang terjadi dari meningitis tersebut ditemukan banyak masalah keperawatan yang muncul atau diagnose keperawatan yang muncul. Untuk meningitis saya mengambil 2 diagnosa keperawatan yang menurut saya harus diatasi terlebih dahulu. Diagnose pertama yang saya ambil ialah risiko perubahan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial. Diagnose yang kedua saya mengambil nyeri yang berhubungan dengan adanya peradangan dikepala.
Dari diagnose diatas kita dapat merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien meningitis. Yang pertama saya akan merencakan tindakan pada diagnose risiko perubahan perfusi jaringan serebral mulai dari seberapa tekanan intracranial yang dirasakan, tekanan darah pasien, pasien mengalami penurunan kesadaran atau tidak. Kemudian kita merencanakan untuk melakukan tindakan kepada pasien seperti kita melakukan pemeriksaan pada tanda-tanda vital, memonitor atau memeriksa tekanan intracranial pasien.
Kedua kita melakukan perencanaan untuk tindakan untuk diagnose nyeri. Tindakan yang kita lakukan kaji nyeri mulai dari kapan timbul nyeri, letak nyeri, seberapa skala atau derajat nyeri. Kita bisa melihat ekspresi yang timbul dari pasien saat kita melakukan penekanan pada daerah yang nyeri. Untuk mengatasi nyeri kita bisa mengajarkan teknik relaksasi kepada pasien dan memberikan obat anti nyeri (analgesic). Relaksasi yang dapat kita berikan berupa meminta pasien untuk tarik nafas panjang jika serangan sakit terjadi. Kemudian kita juga bisa melakukan teknik distraksi atau teknik mengalihkan perhatian seperti mengalihkan rasa sakit pasien dengan mengajaknya berbicara, menonton TV dengan santai dan kita bisa menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan diatas adalah penyakit meningitis merupakan penyakit kedaruratan medis yang membutuhkan penanganan segera mungkin agar tidak berujung kematian. Dan meningitis merupakan peradangan pada membrane pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang secara kesatuan atau yang disebut meningen. Yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, parasite dan kondisi inflamasi.
REFERENSI
A Muttaqin . 2008. books.google.com